Jumat, 20 Januari 2012

BEASISWA PASCASARJANA DI MALAYSIA

XL - Khazanah Asia Scholarship
Yayasan Khazanah in collaboration with PT XL Axiata, Tbk is offering The Khazanah Asia Scholarship to deserving candidates from Indonesia to pursue their postgraduate education at selected leading universities in Malaysia.
Requirement:

  1. Bachelor Degree from reputable university with min. CGPA of 3.50 / 4
  2. Graduated from related major: IT or Computer Science, Telecommunication engineering, Electrical Engineering, Mathematics or Statistics, Industrial Engineering, Economics and Management
  3. Strong leadership skills & active participant in extra-curricular, social or voluntary activities
  4. Good command of the English language
  5. Medically fit

 
XLence Apprentice Program
Special apprentice/ Management trainee program of XL Axiata that provide class base trainings combined with real experience through on the job trainings in specific area : IT , IP, MDS (Mobile Data Services),
BCA (Business Customer Analytics), CLM (Customer Lifecycle Management)
 
Requirements:

  1. Age up to 23 Years old ( S1 ) , or 25 years ( S2)
  2. Graduated from related major: IT/ Computer science, Telecommunication Engineering, Electrical Engineering, Industrial Engineering, Mathematics/ Statistics, Business/ Economics
  3. GPA: Min 3 (S1) or 3.5 (S2)
  4. Actively involved in organization
  5. Have significant achievement in related areas
  6. Local / international certification will be an added value
  7. English proficient both oral and written
Apply online at http///cdc.ui.ac.id 

-- 
Info Lebih Lengkap Kunjungi http://cdc.ui.ac.id

BEASISWA ETOS 2012

Beastudi Etos, salah satu beasiswa SDM unggul membuka kesempatan kepada
lulusan SMA/sederajat untuk menerima bantuan pembiayaan pendidikan di
perguruan tinggi, pembinaan dan pelatihan, serta pendampingan mahasiswa.

Persyaratan Umum:

1. Lulus SMA/sederajat dan akan masuk Perguruan Tinggi melalui jalur
seleksi masuk PTN jalur regular
2. Diterima pada PTN dan jurusan yang direkomendasika n Beastudi Etos
(Daftar PTN dan jurusan yang direkomendasika n dapat dilihat dibawah ini.

Persyaratan Khusus :

1. Berasal dari keluarga tidak mampu
2. Melampirkan surat keterangan tidak mampu dan slip gaji/surat keterangan
penghasilan orang tua dari ketua RT/DKM setempat
3. Daftar riwayat hidup yang bisa didapat di asrama Beastudi Etos maupun
di-download etos.or.id/ wp-content/ uploads/2011/12/ Form-Biodata.doc
4. Mengisi dan menandatangani akad Beastudi Etos bisa di-download etos.or.id/
wp-content/ <http://etos.or.id/wp-content/> uploads/2011/12/
Form-Akad-Beastu di-Etos-.doc
5. Fotokopi raport SMA semester 1-5, Kartu Keluarga, KTP atau kartu pelajar
dan STTB bagi yang telah lulus SMA/sederajat
6. Foto terbaru 4 x 6, 2 lembar
7. Foto rumah (tampak keseluruhan, ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi,
dapur)
8. Membuat tulisan tentang kisah perjalanan hidup sepanjang minimal 2
halaman folio (tulis tangan)

Tahap-Tahap Seleksi :

- Seleksi Administrasi,
- Seleksi Tulis dan Wawancara,
- Home Visit, Lolos di PTN dan jurusan rekomendasi Beastudi Etos melalui
jalur regular
- Ranking Nasional

Waktu Pendaftaran : 30 Desember – 18 Maret 2012

DAERAH PROGRAM

Universitas Syiah Kuala

Agronomi, Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Imu Hukum, Manajemen,
Matematika, Teknik Kimia, Teknik Sipil, Agribisnis, Akuntansi, Biologi,
Fisika, Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Ilmu Kelautan, Ilmu Keperawatan,
Ilmu Tanah, Kedokteran, Kedokteran Hewan, Kimia, Pendidikan Bahasa Inggris,
Pendidikan Biologi, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Fisika, Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga,
Pendidikan Kimia, Pendidikan Matematika, Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan , Pendidikan Sejarah, Produksi Ternak, Sosial Ekonomi
Peternakan, Teknik Arsitektur, Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik
Pertanian, Teknologi Hasil Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Antropologi Sosial, Ekonomi Pembangunan, Farmasi, Ilmu Hukum, Ilmu
Kesejahteraan Sosial, Ilmu Perpustakaan, Ilmu Tanah, Kedokteran, Kedokteran
Gigi, Kimia, Pemuliaan Tanaman, Sastra Arab, Agribisnis, Akuntansi,
Biologi, Fisika, Ilmu Administrasi Negara, Ilmu dan Teknologi Pangan, Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Ilmu Komputer, Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik,
Kehutanan, Manajemen, Matematika, Peternakan, Psikologi, Sastra Inggris,
Sejarah, Sosiologi, Teknik Elektro, Teknik Industri, Teknik Kimia, Teknik
Mesin, Teknik Sipil.

Universitas Andalas

Agronomi, Akuntansi, Antropologi Sosial, Biologi, Ekonomi Pembangunan,
Farmasi, Fisika, Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Ilmu Hukum, Ilmu
Keperawatan, Ilmu Politik, Ilmu Sejarah, Ilmu Tanah, Kesehatan Masyarakat,
Kimia, Manajemen, Matematika, Nutrisi dan Makanan Ternak, Pemuliaan
Tanaman, Pendidikan Dokter, Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Produksi
Ternak, Sastra Daerah untuk Sastra Minangkabau, Sastra Indonesia, Sastra
Inggris, Sastra Minangkabau, Sejarah, Sosial Ekonomi Pertanian, Sosial
Ekonomi Peternakan, Sosiologi, Teknik Elektro, Teknik Industri, Teknik
Lingkungan, Teknik Mesin, Teknik Pertanian, Teknik Sipil, Teknologi Hasil
Pertanian, Teknologi Hasil Ternak.

Universitas Indonesia

Akuntansi, Antropologi, Arkeologi, Arsitektur, Biologi, Farmasi, Fisika,
Geografi, Ilmu Administrasi Fiskal, Ilmu Administrasi Negara, Ilmu
Administrasi Niaga, Ilmu Ekonomi, Ilmu Filsafat, Ilmu Hubungan
Internasional, Ilmu Hukum, Ilmu Keperawatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Ilmu Kesejahteraan Sosial, Ilmu Komputer, Ilmu Perpustakaan, Ilmu Politik,
Ilmu Sejarah, Kimia, Kriminologi, Manajemen, Matematika, Psikologi, Sastra
Arab, Sastra Belanda, Sastra Cina, Sastra Daerah untuk Jawa, Sastra
Indonesia, Sastra Inggris, Sastra Jerman, Sastra Jepang, Sastra Rusia,
Sastra Perancis, Sistem Informasi, Sosiologi, Teknik Elektro, Teknik
Industri, Teknik Kimia, Teknik Komputer, Teknik Lingkungan, Teknik Mesin,
Teknik Metalurgi dan Material, Teknik Perkapalan, Teknik Sipil.

Institut Pertanian Bogor

Agribisnis, Agronomi, Agronomi dan Hortikultura, Arsitektur Lansekap,
Biokimia, Biologi, Budidaya Perairan, Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Fisika, Hortikultura, Ilmu dan Teknologi Kelautan, Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Ilmu Gizi, Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Ilmu Keluarga dan
Konsumen, Ilmu Komputer, Ilmu Tanah, Kedokteran Hewan, Kimia, Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Konservasi Sumberdaya Hutan, Manajemen,
Manajemen Hutan, Manajemen Sumberdaya Perairan, Matematika, Meterologi,
Nutrisi dan makanan ternak, Nutrisi dan Teknologi Pangan, Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Pemuliaan tanaman dan Teknologi Benih, Proteksi
Tanaman, Silvikultur, Sosial Ekonomi Perikanan, Sosial Ekonomi Peternakan,
Sosial Ekonomi Pertanian, Statistika, Teknologi Pertanian, Teknologi dan
Manajemen Perikanan Budidaya, Teknologi Hasil Hutan, Teknologi Hasil
Perairan, Teknologi Industri Pertanian, Teknologi Pangan, Teknologi
Produksi Ternak

Institut Teknologi Bandung

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Teknologi Industri,
Sekolah Farmasi, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan,
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Fakultas Teknik Pertambangan dan
Perminyakan, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Sekolah Teknik Elektro dan
Informatika, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Fakultas Teknik Sipil
dan Lingkungan

Universitas Pajajaran

Akuntansi, Antropologi Sosial, Biologi, Budidaya Pertanian, Farmasi,
Fisika, Ilmu Administrasi Niaga, Ilmu Administrasi Negara, Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan, Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Ilmu Hubungan
Internasional, Ilmu Hukum, Ilmu Keperawatan, Ilmu Kesejahteraan Sosial,
Ilmu Komunikasi, Ilmu Pemerintahan, Ilmu Perpustakaan, Ilmu Peternakan,
Ilmu Sejarah, Ilmu Tanah, KEdokteran, Kimia, Manajemen, Manajemen
Sumberdaya Perairan, Matematika, Pemuliaan Tanaman, Kedokteran Gigi,
Perikanan, Produksi Ternak, Sastra Arab, Psikologi, Sastra Indonesia,
Sastra Inggris, Sastra Jepang, Sastra Jerman, Sastra Rusia, Sosial Ekonomi
Pertanian, Statistika, Geologi, Teknik Pertanian, Teknologi Pangan

Universitas Diponegoro

Administrasi Publik, Akuntansi, Arsitektur, Biologi, Budidaya Perairan,
Ekonomi Pembangunan, Fisika, Ilmu Administrasi Niaga, Ilmu Hukum, Ilmu
Kelautan, Ilmu Keperawatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Informatika, Ilmu
Komunikasi, Ilmu Pemerintahan, Ilmu Sejarah, Kimia, Manajemen, Manajemen
Sumberdaya Perairan, Matematika, Oseanografi, Pemanfaatan Sumber Daya
Perikanan, Perencanaan Wilayah dan Kota, Sastra Indonesia, Sastra Inggris,
Statistika, Teknik Elektro, Teknik Industri, Teknik Kimia, Teknik
Lingkungan, Teknik Mesin, Teknik Perkapalan, Teknik Sipil, Teknologi Hasil
Perikanan, Teknik Geodesi, Peternakan

Universitas Gajah Mada

Agronomi, Akuntansi, Antropologi Budaya, Arkeologi, Arsitektur, Biologi,
Budidaya Hutan, Budidaya Perikanan, Budidaya Pertanian, Budidaya Perairan,
Elektronika dan Instrumentasi, Farmasi, Fisika, Geofisika, Geografi dan
Ilmu Lingkungan, Gizi Kesehatan, Ilmu Administrasi Negara, Ilmu dan
Industri Peternakan, Ilmu Fisika, Ilmu Geografi, Ilmu Ekonomi, Ilmu
Filsafat, Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Ilmu Hubungan Internasional,
Ilmu Hukum, Ilmu Keperawatan, Ilmu Komunikasi, Ilmu Komputer, Ilmu
Pemerintahan, Ilmu Sejarah, Ilmu Sosiatri, Ilmu Tanah, Kartografi dan
Penginderaan Jauh, Kedokteran Gigi, Kedokteran Hewan, Kimia, Konservasi
Sumberdaya Hutan, Manajemen, Manajemen Hutan, Manajemen Sumberdaya
Perairan, Manajemen Sumberdaya Perikanan, Matematika, Mikrobiologi
Pertanian, Nutrisi dan Makanan Ternak, Pembangunan Wilayah, Pemuliaan
Tanaman, Pendidikan dokter, Pendidikan Dokter Gigi, Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian, Perencanaan Wilayah dan Kota, Produksi Ternak,
Psikologi,, Sastra Arab, Sastra Indonesia, Sastra Inggris, Sastra Jawa,
Sastra Jepang, Sastra Perancis, Sastra Roman, Sosial Ekonomi Pertanian
(Agribisnis), Sosial Ekonomi Peternakan, Sosiologi, Statistik, Teknik
Elektro, Teknik Fisika, Teknik Geodesi, Teknik Geologi, Teknik Industri,
Teknik Kimia, Teknik Mesin, Teknik Pertanian, Teknik Nuklir, Teknik Sipil,
Teknologi Hasil Hutan, Teknologi Hasil Perikanan, Teknologi Industri
Pertanian, Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian

Universitas Airlangga

Akuntansi, Antropologi Sosial, Biologi, Budidaya Perairan, Ekonomi Islam,
Ekonomi Pembangunan, Fisika, Ilmu Administrasi Negara, Ilmu Farmasi, Ilmu
Hubungan Internasional, Ilmy Hukum, Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Ilmu
Keperawatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik, Ilmu
Sejarah, Kedokteran Gigi, Kedokteran Hewan, Kimia, Manajemen, Matematika,
Pendidikan Dokter, Psikologi, Sastra Indonesia, Sastra Inggris, Sastra
Jepang, Sosiologi

Institut Teknologi Sepuluh November

Arsitektur, Biologi, Desain Produk, Desain Produk Industri, Fisika, Kimia,
Matematika, Perencanaan Wilayah dan Kota, Sistem Informasi, Statistika,
Teknik Elektro, Teknik Fisika, Teknik Geodesi, Teknik Geomatika, Teknik
Industri, Teknik Informatika, Teknik Kelautan, Teknik Kimia, Teknik
Lingkungan, Teknik Material dan Metalurgi, Teknik Mesin, Teknik Sipil,
Teknik Perkapalan, Teknik Sistem Perkapalan

Universitas Brawijaya

Akuntansi, Arsitektur, Biologi, Budidaya Perairan, Budidaya Pertanian,,
Ekonomi Pembangunan, Fisika, Hortikultutra, Ilmu Administrasi Bisnis, Ilmu
Administrasi Negara, Ilmu Administrasi Niaga, Ilmu Administrasi Publik,
Ilmu Gizi, Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Ilmu Hukum, Ilmu Keperawatan,
Ilmu Komputer, Ilmu Komunikasi, Ilmu Tanah, Kimia, Manajemen, Manajemen
Sumberdaya Perairan, Matematika, Nutrisi dan Makanan Ternak, Pemanfaatan
Sumberdya Perikanan, Pemuliaan Tanaman, Pendidikan dokter, Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian, Perencanaan Wilayah dan Kota, Peternakan, Produksi
ternak, Sastra Inggris, Sosial Ekonomi Perikanan, Sosial Ekonomi Pertanian,
Sosial Ekonomi Peternakan, Statistika, Teknik Arsitektur, Teknik Elektro,
Teknik Mesin, Teknik Pengairan, Teknik Pertanian, Teknik Sipil, Teknologi
Hasil Perikanan, Teknik Hasil Pertanian, Teknologi Hasil Ternak, Teknologi
Industri Pertanian,

Universitas Hasanuddin

Agronomi, Akuntansi, Antropologi, Arkeologi, Arsitektur, Biologi, Budidaya
Perairan, Ekonomi Pembangunan, Farmasi, Fisika, Geofisika, Ilmu
Administrasi Negara, Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Ilmu Hubungan
Internasional, Ilmu Hukum, Ilmu Keperawatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Ilmu Komunikasi, Ilmu Pemerintahan, Ilmu Politik, Ilmu Sejarah, Ilmu Tanah,
Kedokteran, Kimia, Manajemen, Manajemen Hutan, Manajemen Sumber Daya
Perairan, Matematika, Nutrisi dan Makanan Ternak, Pemanfaatan Sumber Daya
Perikanan, Pendidikan dokter gigi

Universitas Mulawarman

Akuntansi, Biologi, Budidaya Perairan, Budidaya Pertanian, Ilmu
Administrasi Negara, Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Ilmu Pemerintahan,
Ilmu Sosiatri, Kimia, Manajemen, Manajemen Hutan, Manajemen Sumberdaya
Perairan, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan
Daerah, Pendidikan Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Biologi, Pendidikan
Ekonomi, Pendidikan Dokter, Pendidikan Kimia, Pendidikan Fisika, Pendidikan
Matematika, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan , Sosial Ekonomi
Perikanan, Teknologi Hasil Hutan
http:// etos.or.id/ wp-content/ uploads/2011/12/ Form-Biodata.doc
etos.or.id
http:// etos.or.id/ wp-content/ uploads/2011/12/ Form-Biodata.doc
*http://etos.or.id/*<http://www.facebook.com/n/?l%2FIAQEgkiMuAQELLnvAez9p1LBRyRkFxkXRPu_r2gVR0CrPiA%2Fetos.or.id%2F&mid=5712&n_m=mrachmatrawyani%40yahoo.com>
*etos.or.id*

Minggu, 15 Januari 2012

Romantisnya Rasulullah dengan Istrinya




 
RASULULLAH Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok manusia yang sempurna. Di medan perang beliau adalah seorang jenderal profesional yang menguasai taktik dan strategi bertempur. Di tengah masyarakat, beliau adalah teman, sahabat, guru, dan sosok pemimpin yang menyenangkan. Di rumah, beliau adalah seorang kepala rumah tangga yang bisa mendatangkan rasa aman, kasih sayang, sekaligus kebahagiaan.

Rasulullah Sahallahu ‘Alaihi Wassallam dinobatkan oleh Allah sebagai suri tauladan.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”. (QS: Al Ahzab [33] : 21).

Tidak salah jika  seluruh kehidupan Rasullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam  menjadi contoh baik bagi kita. Termasuk urusan dalam kamar sekalipun.

Di antara sisi romantis Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mencium istrinya sebelum keluar untuk shalat. Dari 'Aisyah Radhiallaahu 'anha, “Bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mencium sebagian istrinya kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu.” (HR Ahmad).

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang pria yang sangat lembut. Beliau mengekspresikan cinta kepada istrinya dengan sederhana dan bersahaja. Beliau juga sosok yang dikenal sangat romantis.

Misalnya, beliau biasa memanggil istri-istrinya,  dengan panggilan kesukaan dan panggilan yang indah.

Siti ‘Aisyah, dipanggil dengan panggilan “Ya Humaira” (wahai si merah jambu).

Coba bayangkan, istri mana yang tidak tersanjung saat dipanggil suaminya dengan panggilan ini? Telinga siapa yang tidak ingin mendengar sapaan seperti ini?

Tapi keindahan itu tercipta bukan karena beliau ahli merayu, melainkan karena hati beliau memang bersih, bening, indah dan keluar dari lubuk hati paling dalam.

Dari hati yang indah itulah keluar kata-kata, perilaku, dan sikap yang indah. Dari keindahan hati itulah terpancar segala keindahan dari setiap yang dipandang dan ditemuinya.

Memang, betapa indah hari-hari kehidupan di mata Rasulullah. Romantisme tidak hanya berlaku bagi istri-istrinya, juga anak-anak, bahkan nenek-nenek dan semua makhluk Allah Subhanahu wa Ta`ala lainnya pun merasakannya.

Sikap Rasulullah ini juga ditunjukkan ketika melihat alam dan unsur-unsur di sekitar. Ketika melihat sekuntum bunga yang mulai terbuka kelopaknya, kalbunya bergetar, hatinya bersuka cita, dan segera beliau mendatanginya, mencium dengan bibirnya, dan mengusapnya dengan penuh kasih sayang. Tak lupa beliau mengucapkan: “Aaamu khairin wa barakatin insya Allah.” (tahun baik dan penuh berkah, insya Allah).

Demikian pula ketika beliau mendapati bulan sabit di awal-awal malam kemunculannya, tak lupa menyambutnya dengan sukacita. Dengan penuh optimis beliau bercakap tentangnya: “Hilaalu khairin wa baarakatin insya Allah.” (awal bulan yang baik dan penuh berkah, insya Allah).

Bagitulah Rasulullah, junjungan kita.

Meskipun beliau sebagai seorang pemimpin yang super sibuk mengurus ummat, namun beliau tidak lupa untuk menjalin kemesraan dengan istri-istrinya. Beliau tak segan-segan untuk mandi bersama dengan istri beliau.

Dalam sebuah riwayat,  mandi bersama dengan Siti  ‘Aisyah radhiyallahu anha dalam satu kamar mandi dengan bak yang sama.

Dari 'Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan satu tempat air, tangan kami selalu bergantian mengambil air.” (HR Mutafaqun ‘alaih).

Dalam riwayat Ibnu Hibban menambahkan, “Dan tangan kami bersentuhan”.

Rasulullah mengajarkan kepada kita, mandi bersama istri bukanlah suatu hal yang tercela.  Jika hal ini dianggap tercela, tentulah beliau Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak akan melakukannya.

Rasulullah juga sangat mengerti perasaan istri-istrinya dan tau cara menyenangkan dan memberi kasih sayang. Rasulullah, sering tidur di pangkuan Siti ‘Aisyah, meski istrinya sedang haids.

Dari Urwah ia pernah ditanya orang, "Bolehkah wanita haids melayaniku dan bolehkah wanita junub mendekatiku?"
Urwah berkata, "Semuanya boleh bagiku, semuanya boleh melayaniku, dan tiada celanya. ‘Aisyah telah menceriterakan kepadaku bahwa dia pernah menyisir rambut Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ketika dia sedang haidsh, padahal ketika itu Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sedang i'tikaf di masjid; beliau mendekatkan kepalanya kepadanya (‘Aisyah) dan dia (‘Aisyah) ada di dalam kamarnya, lalu ia menyisir beliau, padahal ia sedang haids."

Ummu Salamah berkata, "Ketika aku bersama Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidur-tiduran di kain hitam persegi empat (dalam satu riwayat: di lantai, tiba-tiba aku haids, lalu aku keluar dan mengambil pakaian haidsku, lalu beliau bertanya, 'Mengapa kamu? apakah kamu nifas?' Aku menjawab, 'Ya.' Beliau lalu memanggilku, lalu aku tidur bersama beliau di lantai yang rendah."

Ummu Salamah biasa mandi bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam  dari satu bejana dan beliau suka menciumnya, padahal beliau sedang berpuasa.

Rasulullah juga mengajarkan kita untuk memperlakukan istri dengan istimewa. Hal itu ditunjukan ketika Nabi  ketika beliau tidak sungkan mandi dari sisa air  istrinya.

Dari Ibnu Abbas, “Bahwa Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah mandi dari air sisa Maimunah." (HR Muslim).

Nabi juga dikenal memanjakan wanita (istri-istrinya).
Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.” (HR Bukhari)

Sepiring berdua, gurauan dan ciuman
Rasulullah membiasakan mencium istri ketika hendak bepergian atau baru pulang.

Dari ‘Aisyah radhiallahu anhu, bahwa Nabi SAW biasa mencium istrinya setelah wudhu’, kemudian beliau shalat dan tidak mengulangi  wudhu’nya.”(HR ‘Abdurrazaq)

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam  juga suka memakan dan meminum berdua dari piring dan gelas istri-istrinya tanpa merasa risih atau jijik.

Dari ‘Aisyah RA, ia berkata: “Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam .“ (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod)

Dari Aisyah Ra, ia berkata: “Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum.” (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim.)

Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam  pernah minum di gelas yang digunakan ‘Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit ‘Aisyah.(HR Muslim No. 300)

Nabi saw biasa memijit hidung ‘Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai ‘Aisya, bacalah do’a: “Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni)

Rasulullah juga bergurau bersama, di kala sedang dekat dengan istrinya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, ‘Aisyah dan Saudah pernah saling melumuri muka dengan makanan. Nabi SAW hanya tertawa melihat mereka. (HR Nasa’i dengan isnad hasan)

Begitulah Rasulullah. Beliau dikenal bersikap lembut dan sayang pada istrinya. Beliau juga menyayangi dan mengistimewakan istrinya di kala istrinya sedang sakit.

Dari ‘Aisyah, ia mengatakan, beliau (Nabi) adalah orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)

Alhasil, Islam banyak mengajarkan kita tentang kelembutan dan sikap sayang pada pasangan. Itulah sikap romantisme yang diajarkan Islam pada para suami terhadap para istri. Sebab Rasullah bersabda, sebaik-baik para suami, adalah mereka yang bisa bersikap baik terhadap istrinya.

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih).*

Sabtu, 08 Oktober 2011

Antara Wahabi dan Isu Terorisme


Republika, Jumat, 07 Oktober 2011 pukul 11:05:00


Antara Wahabi dan Isu Terorisme


(Tanggapan untuk Tulisan KH Said Aqil Siradj)

Ole
h Artawijaya
Wartawan dan Penulis Buku

Pascaserangan bom bunuh diri di GBIS Kepunton, Solo, perbincangan mengenai kaitan antara terorisme dan doktrin Wahabi kembali mencuat di media massa. Setidaknya, hal itu tecermin dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj, pada harian ini (3/10/2011). Artikel berjudul "Radikalisme, Hukum, dan Dakwah" ini menarik untuk dicermati karena Kiai Said telah mengaitkan antara pergerakan dakwah Wahabi dan radikalisme. Beliau bahkan membuat istilah baru tentang dakwah Wahabi, yaitu "ideologi puritanisme radikal".

Kita tentu bersyukur seorang ketua umum sebuah organisasi massa besar seperti KH Said Aqil Siradj begitu peduli terhadap teror bom yang banyak menimbulkan korban dari masyarakat yang tak bersalah. Bahkan, sebenarnya bukan hanya KH Said Aqil Siradj, tokoh yang sering dikait-kaitkan dengan kasus terorisme, seperti Ustaz Abu Bakar Ba'asyir (ABB), pun mengecam aksi bom di Cirebon dan Solo sebagai tindakan ngawur yang jauh dari pemahaman syariat. Pada beberapa kesempatan, ABB menyatakan bahwa Indonesia adalah wilayah aman yang karenanya Islam harus ditegakkan lewat cara-cara damai.

Ada beberapa hal yang perlu dikritisi dari artikel Kiai Said di atas, yang terkesan seperti menabur angin, mengenai siapa saja yang dianggap sebagai Wahabi. Dalam beberapa alineanya, artikel tersebut bahkan seperti mengumbar stigma yang gebyah uyah. Jika tak dikritisi, tulisan tersebut bisa menimbulkan ragam penafsiran di masyarakat dan generalisasi terhadap kelompok yang dituduh mengusung dakwah Wahabi. Dengan demikian, hal ini bisa berpotensi memicu konflik sosial di akar rumput sebagaimana terjadi pada sebuah pengajian hadis di Klaten, Jawa Tengah, yang nyaris dipaksa bubar karena dianggap bagian dari dakwah Wahabi.

Di antara kalimat yang bisa menimbulkan bias pemahaman dan stigma dari tulisan KH Said Aqil adalah, "Kita bisa mencermati pergerakan paham Wahabi di negeri kita yang secara mengendap-endap telah memasuki wilayah pendidikan dengan menyuntikkan ideologi puritanisme radikal, semisal penyesatan terhadap kelompok lain hanya karena soal beda masalah ibadah lainnya. Di berbagai daerah, bahkan sudah terjadi 'tawuran' akibat model dakwah Wahabi yang tak menghargai perbedaan pandangan antar-Muslim. Model dakwah semacam ini bisa berpotensi menjadi 'cikal bakal' radikalisme."

Pada alinea lain, KH Said Aqil mengusulkan agar dilakukan "sterilisasi" masjid-masjid yang berpotensi menjadi sarang kelompok puritan radikal, sebuah kelompok yang menurutnya sering kali menimbulkan "tawuran" di tengah masyarakat. Dalam kesempatan lain, KH Said Aqil bahkan meminta masyarakat untuk mewaspadai 12 yayasan dari Timur Tengah yang diduga mendapat suntikan dana dari kelompok Wahabi. Tulisan KH Said Aqil Siradj yang dimuat dalam harian ini seolah menyatakan bahwa memerangi ideologi teror sama dengan memerangi ideologi puritan radikal yang diusung oleh kelompok yang ia sebut sebagai Wahabi. Kelompok yang saat ini, menurutnya, mengendap-endap di dunia pendidikan, membawa suntikan beracun berisi "ideologi puritan radikal".

Antara Wahabi dan terorisme

Stigma Wahabi merujuk pada sosok ulama abad ke-18 bernama Syekh Muhammad bin Abdul Wahab at-Tamimy an-Najdi. Gerakan dakwahnya mengusung tajdid dan tashfiyah (pembaruan dan pemurnian) akidah kaum Muslimin dari beragam kemusyrikan dan amaliah yang tidak diajarkan oleh Islam. Syekh Muhammad bin Abdul Wahab adalah seorang dai yang tak pernah menyebut kiprah dakwahnya dengan penamaan dakwah Wahabi atau tak pernah mendirikan organisasi dakwah bernama Wahabi. Istilah Wahabi baru muncul belakangan. Itu pun dengan tujuan stigmatisasi oleh mereka yang tak setuju dengan pemikiran yang diusung dalam dakwah Syekh Muhammad bin Abdul Wahab.

Di Indonesia, stigma Wahabi juga pernah dilekatkan pada ormas-ormas Islam, seperti Muhammadiyah, Al-Irsyad, dan Persatuan Islam (Persis). Tokoh-tokoh seperti KH Ahmad Dahlan, Syekh Ahmad Syurkati, A Hassan, dianggap sebagai pengusung paham Wahabi di Indonesia. Bahkan, jauh sebelum itu, pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol pun pernah disebut sebagai pengusung dakwah Wahabi. Baik Syekh Muhammad bin Abdul Wahab maupun generasi dakwah selanjutnya di seluruh dunia yang sepaham dengan pemikirannya tak pernah ada yang dengan tegas menyatakan dirinya sebagai Wahabi.

KH Said Aqil Siradj dalam tulisannya tak menjelaskan siapa saja atau kelompok mana saja yang masuk dalam kategori puritan radikal pengusung dakwah Wahabi. Ia hanya menjelaskan, kelompok tersebut tak menghargai perbedaan dan mudah memberikan label sesat pada sesama Muslim lainnya. Sama tak jelasnya ketika ia melontarkan pernyataan bahwa ada 12 yayasan milik Wahabi yang perlu diwaspadai yang kini beroperasi di Indonesia. Apa saja yayasan itu, mengapa perlu diwaspadai, adakah pelanggaran baik dari sisi hukum nasional ataupun hukum Islam dari 12 yayasan tersebut sehingga layak untuk diwaspadai, tak pernah dijabarkan. Sekali lagi, apa yang dilontarkan KH Said Aqil seperti menabur angin, menerpa siapa saja yang dianggap sebagai Wahabi.

Jika merujuk pada banyak kasus yang terjadi di basis-basis NU, kelompok puritan radikal atau Wahabi yang dimaksud KH Said Aqil adalah mereka yang membid'ahkan tahlilan, tawasul, ziarah kubur, Maulid Nabi, dan amaliah lainnya yang menjadi tradisi di kalangan Nahdliyin. Kriteria inilah yang sering diungkapkan oleh KH Said Aqil di media massa ketika menyoroti kiprah kelompok yang ia sebut sebagai Wahabi. Namun, adakah kaitannya antara kelompok yang berdakwah untuk menjauhi bid'ah dalam urusan ibadah dan kelompok teroris?

Nyatanya seluruh ormas Islam di Indonesia, baik yang meyakini bolehnya tahlilan maupun tidak, sepakat bahwa aksi pengeboman di zona damai adalah perbuatan yang diharamkan Islam, apalagi pengeboman yang terjadi di tempat ibadah. Bom yang dilakukan oleh kelompok yang mengatasnamakan jihad tentu mencoreng nama Islam. Islam mengajarkan syariat jihad dengan batasan dan aturan yang ketat dan rinci. Jihad tidak mengedepankan hawa nafsu dan serampangan. Jihad sangat menghargai nilai-nilai dan hak asasi manusia, termasuk di dalamnya hak-hak sipil. Dalam perang, musuh yang menjadi target adalah para combatan dan basis-basis militer, bukan orang-orang sipil, fasilitas umum, dan tempat-tempat ibadah.

Akhirulkalam, menyebut dakwah Wahabi sebagai kontributor aksi teror bom tak pernah bisa dibuktikan dengan jelas. Stigmatisasi itu tak lebih daripada memukul bayang-bayang. Kita tentu tak sepakat dengan sekelompok orang yang mudah mengafirkan Muslim lainnya hanya karena urusan khilafiyah. Kita juga tak setuju dengan pola-pola dakwah yang eksklusif, merasa paling benar, dan jauh dari nilai-nilai akhlakul karimah. Jika ada perbedaan dalam urusan dakwah, selesaikan dengan jalan dialog. Begitupun jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal furu'iyah, kedepankanlah sikap tasamuh (toleran). Stigmatisasi yang tak jelas di tengah prahara terorisme akan menambah beban masalah yang melebar ke mana-mana. Selain persoalan ideologi yang menyimpang, akar dari terorisme adalah ketidakadilan global yang melanda negeri-negeri Muslim.
(-)
Index Koran

PII Di Mata Umat


Republika, Sabtu, 08 Oktober 2011 pukul 11:02:00


PII di Mata Umat


(Catatan untuk Munas Perhimpunan KB PII)

Oleh Ali Rasyid
Mantan Fungsionaris PB PII
Kepala Biro Politik Bandung Intellectual Circle
Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan
Universitas Paramadina, Jakarta



Salah satu organisasi senior yang masih memiliki napas adalah Pelajar Islam Indonesia (PII). Meski saat ini kurang terdengar lagi kiprahnya, PII telah cukup banyak menyumbang kadernya menjadi pemimpin di republik ini, mulai tingkat daerah hingga pusat. PII adalah organisasi kader yang memiliki target mencetak anggotanya memiliki kepribadian Muslim, menjadi insan cendekia, dan memiliki kecakapan memimpin.

PII lahir dua tahun setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 4 Mei 1947, berbagai peristiwa politik PII telah menjadi bagian penting di dalamnya, mulai dari masa awal kemerdekaan sampai masa reformasi.

Sejak kelahirannya, PII sadar bahwa untuk memajukan sebuah peradaban bangsa, mesti memiliki sumber daya manusia unggul. Oleh karena itu, fokus garap dakwah PII adalah pendidikan dan kebudayaan, dua bidang yang dianggap paling strategis untuk membangun tatanan masyarakat yang beradab.

Kedua bidang ini kemudian dirumuskan menjadi tujuan organisasi, yakni kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan umat manusia. Ini merupakan bentuk optimisme, cita-cita ideal, atau setidaknya impian PII bahwa pada masa depan, akan terbentuknya sistem pendidikan yang Islami, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga seluruh jagat raya. Salah satu ikhtiar PII mewujudkan impian tersebut adalah sikapnya yang konsisten melakukan kaderisasi, kaderisasi merupakan tulang punggung pembentukan kader di organisasi pelajar Islam yang independen ini.

Tantangan
Paparan singkat di atas merupakan dinamika dan catatan kecil keberhasilan PII dalam usahanya sebagai organisasi kader. Kini, catatan keberhasilan itu sulit diungkap, mungkin gerakan PII terlalu eksklusif, jangankan di masyarakat umum, di sekolah saja yang merupakan basis pengkaderannya, semakin tidak populer.

PII sebetulnya adalah organisasi moderat yang mestinya mampu membaca semangat zaman. Dulu, ketika pada masa awal kemerdekaan di mana dikotomi pelajar umum dan pelajar santri terjadi kesenjangan, PII mampu hadir sebagai pemersatu. Kini, ketika kehidupan pelajar semakin kompleks dan dikuasai oleh alam hedonisme, mestinya PII juga mampu tampil menjadi bagian penting untuk keluar dari alam yang kurang baik ini dan tentunya PII dapat memberi jawaban ruang ekspresi yang tepat dan nyaman untuk pelajar saat ini.

Dalam mukadimah Ta'dib (buku induk kaderisasi PII), jelas disebutkan bahwa kehadiran PII dimaksudkan untuk menjadi media yang mampu mendorong proses perubahan pandangan, pola dan sikap hidup masyarakat Indonesia. Singkatnya, tugas PII adalah mengubah dan membangun paradigma. Paradigma yang dimaksud adalah sebuah cara pandang yang mencerahkan, bukan cara pandang konservatif.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin dahsyat di mana pelajar yang merupakan generasi bangsa menjadi target operasi untuk dilumpuhkan mentalnya, baik melalui narkoba, seks bebas, maupun lain sebagainya. Untuk itu, PII memiliki kewajiban merawat mental pelajar supaya tidak ikut terperosok ke dalam arus yang sangat berbahaya ini.

Sinergisme PII dan KB PII
Pada 7-10 Oktober 2011, Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (Perhimpunan KB PII) menggelar Musyawarah Nasional IV di Balikpapan, Kalimantan Timur. Kehadiran Perhimpunan KB PII diharapkan dapat memperluas, bukan mempersempit gerakan. Rivalitas yang mungkin dirasakan dari daerah sampai pusat mestinya tidak terjadi dan ini mesti diakhiri, tugas mulia Perhimpunan KB PII adalah memberikan semangat, fasilitas, dan support untuk kemajuan organisasi PII.

Mesti disadari dan dipahami betul bahwa Perhimpunan KB PII bukanlah organisasi politik maupun profesi, dia adalah organisasi sosial yang membutuhkan sokongan tulus dari sejumlah pihak, terutama para alumninya, jadi tidak bisa dibenarkan kalau organisasi ini dijadikan sebagai alat untuk memburu rente. PII maupun Perhimpunan KB PII dilahirkan oleh umat dan untuk kemajuan umat, jadi yang memburu rente di sini untuk kepentingan pribadi lebih baik dideportasi saja.

Perhimpunan KB PII sudah berjalan tiga periode dan dipimpin oleh orang yang memiliki reputasi sangat baik, ketua umum pertama ZA Maulani (mantan kepala Bakin), ketua umum kedua Ryaas Rasyid (mantan menteri Otonomi Daerah, saat ini anggota Wantimpres), dan ketua umum ketiga Tanri Abeng (mantan Meneg BUMN). Sesungguhnya, siapa pun yang memimpin PII yang terpenting adalah membawa organisasi ini menjadi lebih baik.

Hal lain yang penting dan mesti menjadi perhatian Perhimpunan KB PII adalah membuka akses pendidikan. Para alumni PII banyak yang memiliki sekolah dan pimpinan di berbagai perguruan tinggi, semestinya dapat membantu kader PII yang berniat secara serius melanjutkan studi supaya mendapatkan beasiswa. Akses pendidikan ke luar negeri juga mesti segera dibuka seluas-luasnya. Alangkah terhormatnya kalau Perhimpunan KB PII ke depan memiliki target program dalam setahun, misalkan dapat mengirimkan 100 kader terbaik PII studi di luar negeri.

Inilah pentingnya hubungan yang sinergis antara PII dan Perhimpunan KB PII, kalau hal ini dapat di-maintenance secara baik, PII pun akan menjadi organisasi yang akan diminati kembali oleh masyarakat pelajar. Usia PII yang sudah tua bukan berarti gagasannya mesti ikut tua, pengalaman yang panjang justru mesti menjadikan organisasi ini semakin baik karena kegagalan demi kegagalan serin gkali dialami, bukankah dari kegagalan itu selalu ada hikmah, tapi bukan berarti kita mesti terus mengalami kegagalan. Sekali lagi, sudah saatnya PII dan Perhimpunan KB PII bersinergis. Akhir kata, penulis ingin mengucapkan selamat dan sukses atas penyelenggaraan Munas IV Perhimpunan KB PII.
(-)
Index Koran

Kamis, 06 Oktober 2011

Pemimpin Dunia Islam Yang Baru



Oleh: Amran Nasution

SAMPAI musim gugur 2009, upaya mendamaikan Serbia – Bosnia belum berhasil.  Sejumlah negara Barat  gagal mempertemukan kedua negara. Maklumlah Bosnia Herzegovina sulit menerima  pembunuhan massal yang dilakukan orang Serbia dengan motif agama.

Maka datanglah Ahmet Davutoglu, Menteri Luar Negeri Turki. Kedua negara adalah tetangga Turki.  Serbia berpenduduk Kristen Ortodoks sedang Bosnia, seperti Turki, berpenduduk Muslim. Di zaman Kekaisaran Ottoman (Ottoman Empire) kedua negara adalah taklukan Turki.

Sekitar 6 bulan Davutoglu mondar-mandir mendatangi kedua negara. Setidaknya 5 kali ia kunjungi Belgrade, ibukota Serbia, dan 7 kali ke Sarajevo (Bosnia).  Akhirnya perdamaian tercapai. Bosnia menerima penunjukan Duta Besar Serbia di Sarajevo dan menerima permohonan maaf  Serbia atas apa yang terjadi selama ini.   

Kenapa bisa? Bagaimana Davutoglu mendamaikan mereka? Dalam artikel yang ditulis James Traub  diThe New York Times 20 Januari 2011, Sang Menlu mengungkap rahasia suksesnya. Katanya, di suatu malam yang larut ia masih berunding dengan pemimpin Bosnia Haris Silajdzic di Bandar Udara Sarajevo. Sebagai seorang perokok berat, Silajdzic hampir tak berhenti merokok. Padahal Davutoglu – seorang Muslim yang taat – bukan perokok.

Tapi kali ini lain, Menlu Turki itu sengaja membawa rokok. ‘’Saya merokok dia pun merokok,’’ katanya. Davutoglu menjuluki gaya diplomasinya itu sebagai ‘’Smoking like a Bosnian’’ (Merokok seperti seorang Bosnia). Dengan sama-sama merokok ternyata persetujuan lebih gampang dicapai, perbedaan lebih mudah dijembatani.

Tapi apa pun, penggalan cerita ini hanya melengkapi kenyataan betapa Turki sekarang sedang tumbuh menjadi kekuatan baru yang berperan di Eropa dan Asia, terutama Timur Tengah. Pecahnya revolusi Arab – biasa disebut Arab Spring atau musim semi Arab -- dimulai dengan penggulingan penguasa Tunisia, Zine el-Abidine Ben Ali, disusul tumbangnya penguasa Mesir, Hosni Mubarak,  menurut sementara pengamat diilhami oleh keberhasilan Turki sebagai negara demokratis dan maju, dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.  Atau meminjam ungkapan di dalam artikelThe New York Times tadi, Turki negara berpenduduk 74 juta itu (98% Muslim) dijadikan model (democratic role model) bahwa ternyata Islam bisa sesuai (compatible) dengan demokrasi.

Dan semua itu terjadi hanya dalam satu dekade terakhir. Sungguh menakjubkan. Babak ini dimulai ketika di tahun 2002, Partai AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi) atau biasa dijuluki sebagai Partai Keadilan dan Pembangunan (Justice and Development Party) memenangkan pemilihan umum Turki. Partai berbasis Islam itu – pers Barat menyebutnya partai Islam moderat atau partai Islam yang lembut (mild Islamists) – dipimpin Recep Tayyip Erdogan dan Abdullah Gul. Setelah kemenangan itu Erdogan menjadi Perdana Menteri sedang Gul menjabat Menteri Luar Negeri dan kemudian Presiden Turki.

Sejak itu semua berubah. Turki tumbuh di atas 5 persen setahun, menjadikan negeri itu dalam pertumbuhan ekonomi hanya berada di bawah China dan India, dua negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Inflasi yang sebelumnya mencapai 45 persen bisa dikendalikan di bawah 10 persen. Tahun ini inflasi di Turki hanya 6%. Lalu pengangguran berhasil ditekan dan APBN-nya pun surplus. Dengan cepat Turki menguasai perdagangan dengan negara tetangganya Rusia serta kawasan Timur Tengah.

Kemajuan ekonomi menyebabkan AKP terus-menerus menang dalam tiap pemilihan umum. Sampai Pemilu Juni kemarin, sudah tiga kali berturut-turut partai itu unggul dengan sedikitnya 40% suara – bandingkan Partai Demokrat di sini yang cuma menang dengan 20 persen dalam Pemilu 2009. Kemenangan itu menyebabkan Erdogan mau pun Abdullah Gul memiliki rasa percaya diri berhadapan dengan kelompok militer yang selama ini menguasai jagad politik Turki.

Seperti diketahui dalam sejarah Turki, militer memiliki peran amat besar sejak Jenderal Mustafa Kemal Ataturk mengambil-alih kekuasaan pada 1923, menyusul kekalahan negara itu dalam Perang Dunia I dan kemudian ambruknya Kekaisaran Ottoman (disebut juga Turki Usmani) yang menguasai sebagian belahan dunia selama ratusan tahun. Kemal memodrenisasikan Turki dengan merombak total bekas kerajaan Islam itu menjadi sebuah negara Barat yang sekuler. Konstitusinya saja ia jiplak dari Swiss.

Sekali pun mulai tahun 1950-an Turki menggunakan sistem politik multi-partai tapi militer tetap punya kuasa mencampuri politik dengan dalih menjaga konstitusi. Sejak tahun 1960, tercatat sedikitnya militer menjatuhkan empat pemerintahan yang terpilih melalui Pemilu. Terakhir di tahun 1997, Perdana Menteri Necmetin Erbakan digusur militer dari kursinya.

Erbakan – teman mantan Presiden B.J Habibie – adalah pemimpin partai berbasis Islam, Refah. Ia dan partainya dituduh militer ingin mengubah konstitusi sekuler dengan Islam. Maka Refah dinyatakan sebagai partai terlarang, sedang Erbakan dilarang aktif dalam politik.

Erdogan dan Gul pada waktu itu adalah aktivis mudaRefah. Erdogan malah sempat ditangkap karena membaca puisi yang dituduh militer mengampanyekan Islam dan menghina militer. Puisi itu berjudul Asker Duasi (Doa Serdadu) ditulis Ziya Gokalp, pemikir, aktivis, dan penyair terkenal Turki sebelum Perang Dunia I. Padahal Gokalp seorang nasionalis dan ide-idenya mengilhami gerakan Kemal Attaturk. Begini syairnya: Masjid-masjid adalah barak kami, kubahnya helm kami, menaranya bayonet kami, para pengikutnya serdadu kami. Hanya membaca puisi seperti itu Erdogan diadili dan meringkuk 4 bulan di dalam penjara.

Maka saking khawatir dituduh militer macam-macam setelah AKP memenangkan Pemilu 2002, para calon anggota parlemennya yang terpilih ramai-ramai mencukur klimis jenggotnya sebelum pelantikan. Soalnya jenggot dan jilbab di mata militer adalah simbol atau atribut Islam yang bila dibawa ke dalam gedung parlemen bisa dianggap mencederai sekularisme. Dan itu berarti bisa dituntut di pengadilan. Hal seperti itulah yang banyak mewarnai Turki setelah revolusi Attaturk. Sementara dalam soal politik dan ekonomi negeri itu terus merosot.

Tapi sekarang semua sudah berubah. Akhir Juli lalu, pucuk pimpinan tertinggi militer Turki, Jenderal Isik Kosaner bersama Panglima Angkatan Darat, Panglima Angkatan Laut, dan Panglima Angkatan Udara, serempak mengundurkan diri dari jabatan.  Beberapa jam kemudian, Perdana Menteri Erdogan langsung menerima pengunduran dan ia pun segera mengangkat panglima baru menggantikan Jenderal Kosaner, yaitu Jenderal Necdet Ozel, sebelumnya Komandan Polisi Militer.

‘’Peristiwa ini akhir dari peran militer secara efektif di dalam Turki yang demokratis,’’ kata Asli Aydintasbas, kolomnis surat kabar yang terbit di Turki, Milliyet. ‘’Ini momen simbolik yang menunjukkan Republik Turki Pertama berakhir dan Republik Turki Kedua dimulai.’’ (The New York Times, 29 Juli 2011).

Bagaimana mungkin militer yang begitu perkasa dipinggirkan begitu saja? Sebenarnya sejak menjadi Perdana Menteri di tahun 2002, pelan-pelan Erdogan secara substansial memangkas peran politik militer. Sebagian ia lakukan melalui reformasi hukum dan undang-undang yang menyebabkan tegaknya kendali sipil atas militer.

Tapi pukulan dahsyat terjadi ketika Erdogan menuduh terjadi konspirasi untuk menjatuhkan pemerintahannya. Mereka adalah para jenderal yang bekerja sama dengan Geng Ergenekon, sebuah jaringan teroris bawah tanah. Akibatnya 40-an jenderal ditangkap – itu berarti sekitar 10% dari jumlah perwira militer senior negeri itu – selain sejumlah politisi sipil dan wartawan.

Semua ini bisa dilakukan Erdogan karena memang populeritasnya tinggi di mata rakyat, terutama karena keberhasilan pemerintahan sipilnya memperbaiki ekonomi negeri itu. Sementara di pihak lain, citra militer di mata rakyat terus merosot.

The Washington Institute for NearEast Policy (WINEP), sebuah lembaga tink-tank di Washington, mengungkapkan bahwa dari berbagai survei diketahui sekarang hanya sekitar 60% rakyat Turki mempercayai institusi militer. Padahal pada 2002, ketika Erdogan mulai menjadi perdana menteri, kepercayaan itu masih 90%. Artinya, sejak Erdogan dan partainya naik ke panggung kekuasaan populeritas militer pun pelan-pelan terkikis.

 Mitos bahwa militer menentukan arah politik negeri itu dan dengan gampang menjatuhkan pemerintahan yang tak disukainya, sekarang sudah luntur. Penggantinya: Turki sebagai model negara berpenduduk Muslim yang demokratis dengan perekonomian yang solid.

Dengan modal itu, seperti ditulis Christopher Torchia dari kantor berita Associated Press, Februari lalu, Turki sedang tumbuh sebagai pemimpin dan mediator regional di Timur Tengah. Malah bukan cuma Timur Tengah, tapi negara-negara berpenduduk Muslim di seluruh dunia.

Dalam kunjungan ke Mesir, Tunisia, dan Libya belum lama ini, Erdogan disambut seakan pemimpin mereka. Di Mesir, massa Ikhwanul Muslimun – organisasi Islam terbesar di sana – meneriakkan ‘’Khalifah’’ ke arahnya, mengingatkan jabatan pemimpin Islam di zaman kejayaan dulu.

Erdogan mengerti betul posisinya. Dalam lawatan itu ia mengecam keras kekejaman Israel di Palestina, selain meminta tanggung jawab negeri Yahudi itu karena menyerang kapal sipil Flotilla yang sedang menuju Gaza tahun lalu. Akibatnya 8 warga Turki (seorang di antaranya Turki-Amerika) terbunuh.

Dalam sebuah acara Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) di Davos, Switzerland, Januari 2009, Erdogan mendamprat Preesiden Israel Shimon Perez sebagai seorang yang pintar membunuh.

Sekarang Erdogan mengejek Israel sebagai anak manja Barat (the West’s spoiled child). Belum cukup. Erdogan mengancam akan mengirim armada perang untuk mengawal kapal-kapal dagangnya di Laut Mediterania.

 Turki adalah salah satu anggota NATO, Fakta Perhananan Atalantik Utara, yang melibatkan negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Maka ancaman Turki kepada Israel merepotkan Amerika atau negara Eropa. Soalnya, mereka adalah pelindung Israel. Padahal sebagai sesama anggota NATO dengan Turki, menyebabkan siapa pun yang menyerang Turki adalah musuh mereka juga. 

Template by:
Free Blog Templates