Minggu, 04 September 2011
Penetapan 1 Syawal Masih Diperdebatkan
Perdebatan 1 Syawal Berlanjut di Arab
Senin, 05 September 2011
Penetapan 1 Syawal tahun 1432 Hijriyah yang menurut sebagian besar negara Muslim di Arab dan Asia jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011, ternyata menyisakan perdebatan. Setidaknya di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Sejumlah ulama Saudi menilai, astronom dan ilmuwan Saudi Khalid Al Zaaq membuat orang kebanyakan menjadi bingung, karena meragukan kesaksian yang menyatakan bahwa hilal sudah terlihat pada Senin petang (29/8), atau pada hari ke 29 Ramadhan.
Sebagaimana diketahui, pihak berwenang Saudi menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Selasa 30 Agustus 2011, setelah mendapatkan kesaksian dari orang-orang yang dikenal integritasnya bahwa hilal telah terlihat pada tanggal 29 Ramadhan malam (29/8).
Namun, ketetapan itu kemudian menjadi perdebatan setelah kata-kata Al Zaaq, yang menyatakan bahwa hilal tidak mungkin terlihat pada 29 Ramadhan, dikutip secara luas oleh media-media lokal baik cetak, elektronik maupun online.
Hal itu menyebabkan keraguan dan kebingungan di kalangan masyarakat umum.
Dalam khutbah Jum'atnya (02/9) di Masjid Imam Turki di Riyadh, Mufti Besar Arab Saudi Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah Al Asyeikh mengatakan bahwa prosedur melihat hilal yang dilakukan senantiasa mengikuti sunnah. Syariah telah menerangkan prosedur itu dengan jelas. Umat Islam tidak akan pernah meninggalkan sunnah dan mengikuti pendapat-pendapat yang keliru.
Bulan di berbagai wilayah Arab Saudi terlihat sangat jelas keesokan harinya, atau pada Selasa malam (30/8). Hal itu mengukuhkan pernyataan yang mengatakan bahwa hilal sudah terlihat pada Senin malam tanggal 29 Ramadhan.
Sejumlah warga di sebelah barat Al Ais juga mengatakan bahwa mereka telah melihat bulan [baru] pada Senin malam selama 30 menit.
Pernyataan penduduk Al Ais itu kontradiktif dengan pernyataan para ahli astronomi yang mengatakan bahwa bulan tidak mungkin terlihat pada waktu itu.
Sementara itu di Uni Emirat Arab, Mufti Besar Dubai Dr. Ahmad Al Haddad menegaskan bahwa klaim yang meragukan akurasi pemantauan hilal yang dilakukan pihak berwenang adalah salah dan tidak berdasar.
Komite pemantauan hilal Uni Emirat Arab yang diketuai Menteri Kehakiman Dr. Hadif Juan Al Dahiri, terdiri dari para ahli astronomi dan sejumlah saksi-saksi. Mereka bersaksi dan mengumumkan bahwa hilal 1 Syawal telah terlihat pada Senin malam 29 Ramadhan. Di mana berarti Idul Fitri jatuh pada hari Selasa tanggal 30 Agustus 2011.
Syeikh Al Haddad menghimbau agar perdebatan tidak berdasar mengenai penentuan 1 Syawal yang masih ada segera diakhiri. Ia juga menegaskan bahwa adakalanya puasa Ramadhan itu 29 hari dan tidak selalu 30 hari, sebagaimana disampaikan dalam hadist Rasulullah.
Muslim yang berpuasa selama 29 hari tidak perlu khawatir, karena pemantauan hilal untuk penentuan Ramadhan dan Syawal sudah dilakukan jauh hari.
Menurut Syeikh Al Haddad, untuk menghindari perselisihan berkepanjangan tentang penentuan bulan baru, negara-negara Muslim seharusnya memiliki mekanisme pemantauan hilal yang sama, disetujui dan dipatuhi oleh semua negara. Jika tidak, maka perdebatan yang sama akan terus muncul di kemudian hari.
"Kita sangat perlu sebuh satelit khusus, dengan hasil [pengamatan] yang mengikat negara-negara Muslim, guna menghapus kesalahan manusia dan menghindari perdebatan panampakan bulan," kata Syeikh Al Haddad.
"Sekelompok ulama di Al Azhar, Mesir, sedang mengerjakan proyek ini, yang akan dibahas dalam sebuah konferensi dunia, yang rencananya segera akan digelar oleh Liga Muslim Dunia di Makkah, atas sponsor dari pihak kerajaan," jelas Syeikh Al Hadad.
Di kawasan Arab dan Teluk sebagian besar negara merayakan Idul Fitri pada hari Selasa (30/8). Sementara yang menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Rabu (31/8) antara lain adalah Oman dan Iran.*
Sumber : an/klj/gn
Red: Dija
Tidak ada komentar:
Posting Komentar