Senin, 12 September 2011
Oleh: Muhaimin Iqbal
Di bidang ekonomi, undang-undang korporasi yang dikeluarkan oleh pemerintahan Gorbachev di Uni Soviet bulan Mei 1988 menandai runtuhnya rezim ekonomi komunisme di negeri itu. Tahun berikutnya keruntuhan sistem ekonomi ini diikuti pula dengan runtuhnya system politik komunisme dari Uni Soviet dan sekutu-sekutunya yang ditandai dengan diruntuhkannya tembok Berlin pada bulan November 1989. Lantas apa kiranya tanda-tanda keruntuhan system kapitalisme? saya sendiri menjagokan keruntuhan Dollar sebagai perlambang runtuhnya kapitalisme itu. Dan kini seperti tahap akhir dari suatu permainan catur, Dollar tinggal memiliki dua langkah lagi sebelum terkena skak mat!
Skenario kematian Dollar ini pernah saya sajikan link videonya di situs ini melalui tulisan saya The Day the Dollar Died, dalam film yang disiapkan dengan sangat serius oleh NGO National Inflation Association ini digambarkan bahwa Dollar akan mati manakala Quantitative Easing (QE) – bahasa lain untuk mencetak uang dari awang-awang – memasuki tahap QE 4.
Memang the Fed-nya Amerika sangat tidak suka disebut mereka telah melakukan QE 3 saat ini, tetapi tindakan mereka dengan menekan tingkat bunga yang sangat rendah sampai pertengahan tahun 2013 – membuat mereka harus membeli sangat banyak bond – lantas darimana uangnya?, ya mencetak dari awang-awang tadi alias secara defacto mereka telah melakukan Quatitative Easing tahap 3.
Pasar tidak lagi percaya pidato atau statement, pasar meresponse tindakan dengan tindakan. Bila the Fed melakukan langkah-langkah yang berdampak pada menurunnya nilai Dollar, maka pasar bereaksi langsung dengan membeli asset-aset yang nilainya tidak lagi dipengaruhi oleh Dollar. Bentuk dari reaksi pasar ini antara lain adalah melonjaknya secara luar biasa harga emas sebulan terakhir – karena orang perlu sesuatu yang nilainya mampu bertahan .
Bahwasanya kapitalisme ribawi pasti hancur atau dihancurkan kita yakin karena sudah dikabarkan di Al-Qur’an (QS 2 : 276);
يَمْحَقُ اللّهُ الْرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”
Hanya masalah waktunya yang kita hanya bisa menduga atau memprediksinya – kita belum bisa tahu persis, tetapi tanda-tandanya nampak begitu dekat.
Megenai kapan waktunya Dollar akan mati ini memang tidak terlalu penting bagi kita, yang lebih penting adalah apakah kita siap menggantikannya bila kapitalisme ikut mati bersama matinya Dollar ini? Jangan sampai justru kita ikut menjadi korbannya karena selama ini begitu tergantung dengan system kapitalisme dengan Dollar-nya ini.
Nah agar kita bisa menghadirkan system penggantinya, berikut adalah dua langkah yang menurut saya patut kita persiapkan:
Pertama kita memiliki dua pegangan yang bila kita berpegang pada keduanya dijamin tidak akan tersesat selama-lamanya. Dua pegangan ini tidak lain adalah al-Qur’an dan al- Hadits. Persiapan logis untuk hal ini adalah mendalami al-Qur’an dan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya, mendalami pula hadits-hadits sahih sebagai rujukan atas berbagai hal urusan kehidupan tidak terkecuali urusan ekonomi ini.
Kedua harus dipahami bahwa kapitalisme tidak identik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Memang banyak sekali ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilahirkan di era kapitalisme, tetapi tidak berarti bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri bagian dari kapitalisme. Iptek adalah value neutral, bila mereka yang menggunakannya maka ia menjadi instrumen kapitalisme – bila kita yang menggunakannya maka ia bisa menjadi sarana untuk membangun sistem ekonomi yang mengikuti petunjukNya.
Teknologi web dan social media misalnya, sangat mungkin kita gunakan untuk mengaplikasikan system ekonomi yang memenuhi kriteria di ayat
لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاء مِنكُمْ وَمَا آتَاكُمُ
“ …agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang yang kaya saja diantara kamu…” (QS 59 :7).
Dengan teknologi misalnya bisa saja pedagang busana kecil bersaing head to head dengan retailer fashion raksasa di dunia maya. Pengusaha perumahan yang hanya memiliki satu dua kluster rumah kecil – bisa saja bersaing langsung dengan perusahaan real estate besar yang tengah membangun kota mandiri, dlsb-dlsb.
Dengan teknologi, kesetaraan akses terhadap pasar dan sumber daya bisa dicapai, tinggal akses terhadap kapital saja yang perlu didandani. Ketika tembok yang terakhir ini – yaitu tembok yang membatasi akses terhadap kapital–berhasil di rubuhkan, akses terhadap kapital menjadi bukan lagi hanya milik golongan tertentu – maka lengkaplah sudah keruntuhan kapitalisme itu. InsyaAlah kita akan siap…!.
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com dan Direktur Gerai Dinar
0 komentar:
Posting Komentar