Rabu, 28 September 2011

The Shift : Jalan Menuju Kemerdekaan Ekonomi






Oleh: Muhaimin Iqbal   


DALAM perjalanan ke Jogja dan Solo menemui sejumlah pengusaha muda di Jogja, mahasiswa-mahasiswa teknik industri UNS di Solo dan berkunjung ke pendiri Ma'had Tahfizhul Qur'an Isy Karima – dr. Tunjung S. Soeharso – saya ditemani sebuah buku dengan judul “The Shift:The Future of Work Is Already Here” (HarperCollins Publisher, London 2011).


Apa relevansi tiga kunjungan tersebut dengan isi buku ini ?. Saya seperti melihat aplikasi yang nyata dari isi buku yang di tulis oleh Lynda Gratton – seorang professor dalam bidang management practice – yang pernah dinobatkan sebagai salah satu dari ‘top 20 business thinkers of the world’ oleh the Times.


Menurut Prof. Lynda tersebut, ada tiga perubahan besar yang akan merubah cara-cara orang bekerja di masa depan yang kini sudah mulai terjadi.


Orang-orang yang unggul adalah yang bisa mendahului jamannya dalam beradaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut. Sebaliknya orang-orang yang gagal atau menjadi korban adalah mereka yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan. Tiga perubahan besar tersebut adalah :

Pertama;  From Shallow Generalist To Serial Master



Bila selama beberapa dasawarsa terakhir orang-orang kebanyakan dengan pengetahuan yang luas namun tidak dalam sudah dapat survive atau bahkan unggul, kedepannya tidak lagi bisa demikian. Kompetisi akan semakin tajam, dan pengetahuan standar sudah menjadi milik publik yang bisa dikuasai oleh siapa saja.


Dengan dunia internet sekarang – Anda sudah dapat menguasai ilmu dalam segala bidang hanya dalam beberapa menit – namun orang lain juga bisa menguasai ilmu yang sama seperti yang Anda kuasai.


Maka untuk bisa survive dan unggul di masa yang akan datang, yang  dibutuhkan adalah keahlian yang mendalam dalam sejumlah bidang. Keahlian yang akumulatif yang akan memerlukan waktu bagi orang lain untuk mengejarnya, dan juga integrasi dari sejumlah bidang – untuk memperkecil peluang orang lain dapat mengkombinasikan bidang-bidang yang sama persis dengan yang Anda dalami.


Kedua; From Isolated Competitor To Innovative Connector


Di bidang apapun yang Anda terjuni – saat ini hampir pasti Anda akan jumpai pesaing Anda. Anda dan pesaing Anda akan bekerja habis-habisan untuk saling mengungguli satu sama lain – tetapi siapa yang nantinya akan diuntungkan?
Kemungkinannya bukan Anda dan juga bukan pesaing Anda, oleh karenanya mengapa tidak bersinergi saja?


Yang pasti diuntungkan di masa depan adalah pihak-pihak yang secara innovative bisa menggabungkan kekuatan-kekuatan Anda dan juga kekuatan-kekuatan yang ada di luar diri Anda.


Ketiga; From Voracious Consumer To Impassioned Producer


Masyarakat kebanyakan di dunia yang di dominasi oleh masyarakat pekerja, mereka adalah sasaran empuk bagi pemasar-pemasar produk consumers seperti aneka makanan, handphone dan pulsanya , mobil/motor, barang-barang elektronik, computer, kosmetik dan berbagai produk konsumer lainnya baik yang memang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder bahkan tersier.


Produk apa saja seolah laku dijual di masyarakat yang rakus (voracious) untuk embeli dan membeli lagi. Lantas siapa yang akan unggul di masyarakat seperti ini? Mereka adalah orang yang dengan penuh semangat berapi-api untuk terus menghasilkan produk-produk unggulan di masyarakat tersebut (Impassioned Producer).


Mari sekarang kita lihat aplikasi tiga perubahan ini dari dua hari perjalanan saya di Solo dan Jogja tersebut di atas.


Di Solo saya ceramah dalam suatu seminar yang audience rata-rata adalah mahasiswa teknik industri. Dari diskusi saya dengan mereka – saya jumpai belum banyak perubahan dalam pola pikir mahasiswa sekarang dengan pola pikir mahasiswa tiga puluh tahun lalu – ketika saya menjadi mahasiswa. 


Rata-rata masih juga berorientasi mencari kerja, padahal jaman telah berubah – persaingan di lapangan kerja menjadi semakin sulit. Maka melalui ceramah tersebut saya mencoba mempengaruhi mereka agar berubah pola pikir-nya, bukan lagi mencari kerja tetapi membangun semangat untuk menciptakan lapangan kerjanya sendiri.


Di Solo pula  saya menemukan contoh nyata dari seorang yang merepresentasikan Serial Master dalam istilah Prof. Linda penulis buku tersebut di atas  –seorang dokter yang sangat terkenal dibidangnya dengan rumah sakitnya sendiri yang selalu penuh pasien, tetapi dia juga seorang pendidik yang sangat unggul – di bidang yang sama sekali berbeda dengan profesinya. 


Ma'had Tahfizhul Qur'an Isy Karima yang didirikan bersama dengan para ustad mitranya – menjadi tempat idola bagi para calon penghafal al-Qur’an yang juga unggul dalam ilmu pengetahuan alam.


Di Jogjakarta saya berdiskusi intensif sampai larut malam – seolah waktu tidak cukup - dengan puluhan pengusaha muda yang luar biasa kreatifnya. Mereka adalah para impassioned producer muda yang telah menghasilkan sejumlah produk-produk unggulan yang pasarnya sudah melanglang buana. 


Ada producer air terapi yang beromset milyaran Rupiah per minggu, ada producer kue-kue berbasis ketela 100% yang siap bersaing dengan kue dari terigu, ada producer burger jamur yang bervisi menduniakan species baru di dunia burger ini - dan berbagai produk kreatif lain yang tidak kalah unggulnya.


Lebih dari itu – bertemu dengan mereka ini hati menjadi sejuk, tidak ada nuansa persaingan di antara mereka. Mungkin ini juga sebagai hasil dari karya agung seorang Innovative Connector yang mampu menyatukan seluruh resources tersebut – menjadi sebuah kekuatan ekonomi umat yang insyaAllah akan banyak berpengaruh kedepan. 


Innovative Connector dari Jogja ini saya jumpai ada pada diri Mas Fani Rahman - seorang penerbit muda yang bermarkas di lingkungan Masjid Jogokariyan, melalui beliau inilah saya dipertemukan dengan kekuatan ekonomi umat masa depan tersebut di atas.


Bila Professor Lynda menteorikannya, sesungguhnya sebagian dari umat yang unggul di kita telah mulai melakukan perubahan-perubahan tersebut.


Dengan perubahan-perubahan ini, sungguh saya berharap apa yang dilakukan oleh H Samanhudi – yang hampir seabad lalu merintis perjalanan menuju kemerdekaan fisik Indonesia melalui  Sarekat Dagang Islam-nya, dapat diikuti oleh temen-temen pengusaha muda Jogjakarta yang kini mulai akrab bersinergi sata sama lain tersebut – yaitu merintis jalan menuju kemerdekaan ekonomi yang sangat dibutuhkan oleh umat saat ini. Amin.


Penulis Direktur Gerai Dinar, kolumnis hidayatullah.com

0 komentar:

Posting Komentar